Diberdayakan oleh Blogger.

Makalah Ejaan


                                                    BAB I
                                            PENDAHULUAN 
11.1  Latar Belakang

Di dalam perkembangannya, Bahasa Indonesia pernah menggunakan beberapa ejaan. Di dalam kenyataan penggunaan Bahasa Indonesia masih banyak kesalahan bahasa yang disebabkan oleh kesalahan penerapan ejaan karena kurang paham tentang kaidah-kaidah dan aturan tata bahasa yang ada di dalam Bahasa Indonesia.
Adalah kesalahan besar jika kita menganggap bahwa persoalan dalam pemilihan kata adalah suatu persoalan yang sederhana, tidak perlu dibicarakan atau dipelajari karena akan terjadi dengan sendirinya secara wajar pada diri manusia. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menjumpai orang-orang yang sangat sulit mengungkapkan maksud atau segala sesuatu yang ada dalam pikirannya ataupun tidak bisa membaca dengan benar karena kurang mengerti fungsi dari tanda baca.

11.2  Rumusan Masalah
  • Apakah ejaan itu?
  • Bagaimana sejarah ejaan yang ada dalam Bahasa Indonesia?
  • Bagaimanakah ejaan yang benar dalam Bahasa Indonesia?

11.3  Tujuan
  •   Mengetahui pengertian ejaan
  •   Mengetahui sejarah ejaan dalam Bahasa Indonesia
  • Dapat menggunakan ejaan Bahasa Indonesia dengan benar.



  BAB II
 Pembahasan

2.1 Pengertian Ejaan

Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang  distandardisasikan. menurut KBBI (1993:250) ejaan ialah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa ejaan adalah seperangkat kaidah tulis-menulis yang meliputi kaidah penulisan huruf, kata, dan tanda baca.

    2.2 Sejarah Perkembangan Ejaan di Indonesia

1.     . Ejaan Van Ophuysen
Ejaan ini berlaku tahun 1901 dan dapat kita baca dalam kitab Logat Melayu. Sistem ejaan Latin untuk bahasa Melayu ini diciptakan oleh Ch. A. Van Ophuysen. Inilah ejaan Latin resmi yang pertama di Indonesia. Buku Kitab Logat Melayu (1901) dikerjakan bersama dengan Engku Nawawi gelar Sutan Makmur dan M. Taib Sutan Ibrahim. Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda.

Ejaan ini berisi :
      1)      u  ditulis   oe. Misalnya: dulu ditulis doeloe.
2)      jika suatu kata berakhir dengan huruf a mendapat akhiran  i, maka di atas akhiran itu  diberi tanda trema       (").


3)      apostrop atau koma hamzah (') ditulis sebagai pengganti k pada akhir kata. Misalnya: bapa', kaka'


4)      huruf  e  keras diberi tanda  ( ' ), misalnya :  e'jaan, he'bat.
5)      kata ulang boleh memakai angka  2  jika kata yang mendahului tanda angka 2  itu berulang   seluruhnya,
6)      kata majemuk ditulis dengan  tiga cara, yaitu:

    a. dihubungkan : hoeloebalang, apabila
    b. memakai tanda penghubung : batoe-bara, anak-negeri
    c. dipisahkan : anak negeri, jeroek manis
22. Ejaan Republik/Ejaan Suwandi
Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri  Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947. Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.
Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :
1. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
2. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
3. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k) misalnya kata’  menjadi katak.
4. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya ejaan, seekor, dsb.
5. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.
Contohnya :
a. Berlari-larian
b. Berlari2-an

6.   Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara
Contohnya :
a. Tata laksana
b. Tata-laksana
c. Tatalaksana
7.      Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet) dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah, misalnya: (putra) bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).

33. Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan melayu dan Indonesia.Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara.Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.

44. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD
Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Ciri khusus Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) :
1.Perubahan huruf (j), (dj), (nj), (ch), (tj), (sj) pada ejaan Republik menjadi (y), (j), (ny), (kh), (c ), (sy).
Contoh :
Jang → yang
Djadi → jadi
Njonja → nyonya
Chabar → khabar
Tjepat → cepat
Sjarat → syarat

2. Kata ulang ditulis dengan satu cara yakni menggunakan tanda hubung (tidak diperkenankan menggunakan tanda angka (2))
Contoh :
Besar2 → Besar-besar
Se-besar2-nya → sebesar-besarnya
Sayur2-an → sayur-sayuran
Penulisan kata ulang dengan menggunakan angka (2) hanya diperkenankan pada tulisan cepat atau notula.

3. Penulisan kata majemuk harus dipisahkan dan tidak perlu menggunakan tanda hubung.

Contoh :
Duta-besar → duta besar
Kaya-raya → kaya raya
Tata-usaha → tata usaha

4.   Gabungan kata yang sudah dianggap senyawa (satu kata) ditulis serangkai. Contohnya : Assalamualaikum, hulubalang, dsb.

5.   Kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contohnya : kumiliki, dipukul, barangmu, pacarku, dsb.

6.   Kata depan di dan ke ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contohnya :
di Surabaya bukan disurabaya
ke sini bukan kesini
di sini bukan disini

7.      Partikel pun terpisah dari kata yang mendahuluinya, kecuali pun yang menjadi kelompok kata.
Contohnya :
Kapan pun aku tetap menantimu
Meskipun demikian aku tak akan marah (meskipun adalah kelompok kata)

8.      Penulisan kata si dan sang dipisah dari kata yang mengikutinya.
Contohnya :
Si penjual bakso bukan sipenjual bakso
Sang pujangga bukan sangpujangga

9.      Partikel per berarti tia-tiap dipisah dari kata yang mengikutinya.
Contonya :
Per orang bukan perorang
Per lembar bukan perlembar


Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
a1.      Penggunaan Huruf
Apabila dibanding dengan Ejaan Suwandi, ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan menggunakan huruf abjad lebih banyak. Ejaan Suwandi hanya menggunakan 19 huruf sedangkan Ejaan Bahasa Indonesia yang telah disempurnakan menggunakan 26 huruf. Jumlah huruf dalam abjad ada 26 buah. Ini berarti ejaan kita sekarang telah memanfaatkan semua huruf yang terdapat dalam abjad. Kebijakan ini merupakan suatu langkah maju dalam pengembangan Bahasa Indonesia.


   1)      Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf berikut.
Huruf
Nama
Bunyi yang dilambangkan
A
A
A
B
Be
B dan P
C
Ce
C
D
De
D dan T
E
E
E
F
Ef
F
G
Ge
G dan K
H
Ha
H
I
I
I
J
Je
Je
K
Ka
K dan G
L
El
L
M
Em
M
N
En
N
O
O
O
P
Pe
P
Q
Ki
K
R
Er
R
S
Es
S
T
Te
T
U
U
U
V
Ve
F
W
We
W
X
Eks
Ks
Y
Ye
Y
Z
Zet
Z
 1)      Huruf Diftong
Huruf Diftong merupakan dua bunyi vokal yang dirangkap dalam satu suku kata. Di antara dari huruf-huruf diftong tersebut ialah:
Huruf Diftong
Contoh Pemakaian dalam Kata
Awal
Tengah
Akhir
Ai

Au

Oi

Ei
Ain

Aula

-

-
Syaitan

Saudara

Boikot

Pleistosen
Pandai

Harimau

Amboi

Survei
      2)      Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan Huruf Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Awal
Tengah
Akhir
Kh

Ng

Ny

Sy
Khusus

Ngilu

Nyata

Syarat
Akhir

Bangun

Hanyut

Isyarat
Tarikh

Senang

-

-

a.      Penulisan Huruf
·         Huruf Kapital
1.       Huruf pertama pada awal kalimat. Contoh: Dia menulis surat di kamar.
2.       Huruf pertama petikan langsung. Contoh: Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?”.
3.       Huruf pertama dlm ungkapan nama Tuhan, kitab suci, ganti Tuhan, Nya, Mu, yg Mahakuasa, Engkau ridoi,
4.       Huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yg diikuti nama orang. Contoh: Sultan hasanuddin, Haji Mahmudsyah.
5.       Huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yg diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Contoh: Gubernur Rusli Zainal.
6.       Huruf pertama unsur nama orang.
7.       Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,bahasa.
8.       Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, peristiwa sejarah, hari Natal, hari Lebaran.



a.      Penulisan Kalimat
Penulisan Kata dalam Bahasa Indonesia merupakan sebuah urgensi yang tak boleh lepas dari sistem penulisan. Karena tiap karya sastra Bahasa Indonesia terbentuk dari kata-kata.
Di antara poin penting penulisan kata dalam EYD ialah:
1.     Kata Dasar
Kata yang sudah mewakili sebuah arti tanpa imbuhan apapun
2.     Kata Turunan
Merupakan kata dasar yang telah mengalami perubahan berupa imbuhan
3.     Bentuk Ulang
Merupakan kata yang ditulis berulang, baik bermakna tunggal, jamak maupun berulang. Bentuk kata berulang ini dihubungkan dengan lambang (-)
4.     Gabungan Kata
Merupakan kata majemuk yang mewakili sebuah arti. Adakalanya ditulis terpisah, bersambung, maupun dihubungkan dengan tanda (-)
5.     Kata Ganti –ku, kau, –mu, dan –nya
Kata yang menggunakan imbuhan kepunyaan ini ditulis bersambung
6.     Kata Depan di, ke, dan dari
Tiap-tiap kata depan ditulis terpisah dengan kata dasarnya
7.     Kata si dan sang
Kata yang menunjukkan sebuah subyek maupun obyek ini ditulis terpisah dengan kata dasarnya
8.     Partikel
Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata dasarnya, sedangkan partikel pun ditulis terpisah. Selain itu partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari kata dasarnya
9.     Singkatan dan Akronim
10. Angka dan Lambang Bilangan

b.      Penggunaan Unsur Serapan
Masalah pemakaian atau penulisan unsur serapan dalam Bahasa Indonesia sangat runyam.Dikatakan demikian sebab pemakaian Bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan situasi dan kondisinya.
Penyerapan unsur asing dalam pemakaian Bahasa Indonesia dibenarkan apabila:
a.      Konsep yang terdapat dalam unsur itu tidak ada dalam Bahasa Indonesia, atau
b.     Unsur itu merupakan istilah teknis sehingga tidak atau kerang layak dipakai unsur Indonesianya.
Apakah dengan penyerapan itu menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia miskin akan kata-kata? Tidak. Penyerapan unsur asing merupakan kejadian biasa pada setiap bahasa. Hal itu terjadi karena setiap bahasa mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan pemakai bahasa satu dengan yang lain tidak ada yang sama. Pada suatu saat karena masyarakat pemakai bahasa yang satu dengan yang lainnya (yang masing-masing berlatar belakang kebudayaan berbeda) berkomunikasi, maka timbullah akulturasi, yaitu saling berpengaruhnya satu kebudayaan dengan yang lain. Salah satu wujud akulturasi itu adalah saling berpengaruhnya konsep-konsep tertentu. Misalnya, karena masyarakat Indonesia tidak mempunyai konsep tenteng “radio”, maka mereka menyerap konsep itu dari masyarakat pemakai bahasa Inggris. Sebaliknya, karena masyarakat pemakai bahasa Inggris tidak mempunyai konsep “bambu” maka mereka menyerap konsep itu dari masyarakat pemakai Bahasa Indonesia. Jadi peristiwa penyerapan tidak ada kaitannya dengan kaya atau miskin kata-kata.
Berikut ini disajikan beberapa kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan adaptasi:
  • ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
Haemoglobin hemoglobin
Haematitehematite
  • ai tetap ai
Trailer trailer
Caisson kaison
  • e, di muka a,u, o dan konsonan, menjadi k
Construction konstruksi
Crystal Kristal
Classification klasifikasi
Caupe kup
  • c, di muka e,I,oe, dan y, menjadi s
Central sentral
Cylinder silinder
Ceolom selom
  • cc, di muka o,u, dan konsonan, menjadi k
Accommodationakomodasi
Acculturation akulturasi
Accumulation akumulasi
  • cch dan ch, di muka a,o,dan konsonan, menjadi k
Charisma karisma
Chromosome kromosom
  • ch, yang lafalnya c menjadi c
Chek cek
China cina
  • ee (belanda) menjadi e
Statosfeer statosfer
System system
  • ph, menjadi f
Phase fase
Photocopyfotokopi
  • q menjadi k
Aquarium akuarium
Equator ekuator

c.       Tanda Baca
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang.
Beberapa jenis tanda baca yang penting antara lain adalah:
·         Titik (.) berfungsi untuk menandai akhir kalimat berita, atau untuk keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka
·         Koma (,) berfungsi untuk memisahkan anak kalimat atau hal-hal yang disebutkan dalam kalimat, juga untuk keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka. Contoh: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
·         Kurung ((..)) berfungsi untuk menjelaskan suatu istilah yang belum banyak diketahui oleh khalayak.
·         Kutip satu (`) berfungsi untuk mengasosiasikan suatu istilah.
·         Seru (!) berfungsi untuk menegaskan, memberi peringatan bahwa kalimat yang bertanda seru tersebut perlu untuk diperhatikan.
·         Tanya (?) berfungsi untuk melengkapi kalimat tanya.
·         Hubung (…-…) berfungsi untuk menghubungkan penggalan kata, kata ulang, rentang suatu nilai.
·         Titik dua (:) berfungsi untuk mengawali penguraian suatu kalimat.
·         kurung siku ( [] ) tanda ini digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
·         Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan dalam Bab II [lihat halaman 67-89])



                                    BAB III  
                                  PENUTUP

Kesimpulan

   Ejaan adalah kaidah tulis-menulis yang meliputi kaidah penulisan huruf, kata, dan tanda baca. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia berawal dari Ejaan Van Ophuysen yang digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, lalu Ejaan Republik atau disebut juga Ejaan Suswandi, Ejaan Malindo dan kemudian Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang sampai saat ini masih kita gunakan.
    
     Ejaan Bahasa Indonesia yang telah disempurnakan menggunakan 26 huruf yang sesuai dengan huruf dalam abjad.



Back To Top